Search This Blog

Saturday, September 30, 2017

laporan Ilmu Ukur Tanah II "Kontur"

BAB I PENDAHULUAN 
 1.1 Latar Belakang 
     Masa pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun sudah sedemikian berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun proses pengolahan dan penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi kebumian lainnya. Pemetaan teristris adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan tertentu. Teknik pemetaan mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihannya sangat bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat kerincian obyek yang harus disajikan, serta cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pengukuran di lapangan menggunakan peralatan pengukuran, seperti : teodolit, rambu ukur, pita ukur, dan lain lain. Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x;y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon (z), sudut arah dan jarak titik-titik detil serta ketinggiannya. Langkah selanjutnya penggambaran dengan garis kontur. 1.2 Lokasi dan Waktu Lokasi a.Diantara gedung elektro dan lab fisika Gambar 1.2.a gambar lokasi pengukuran Waktu a. Senin 18 September 2017 ( 14 : 30 sampai 17 : 40 ) 

 BAB II DASAR TEORI II.

1 Teori
       Kontur adalah garis khayal yang menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama dari bidang referensi tertentu,umumnya bidang yang digunakan adalah permukaan air laut.Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler .Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya.Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk suatu permukaan lahan yang sebernarnya.Kontur-kontur yang berdekatan menunjukan kemiringan yang terjal,kontur-kontur yang berjauhan menunjukan kemiringan yang landai. Ada beberapa metode penarikan garis kontur, antara lain metode langsung, yaitu : titik-titik yang sama tinggi di lapangan secara langsung oleh alat penyipat datar, rambu ukur, dan patok-patok yang jumlahnya banyak. Cara ini kurang praktis dan membutuhkan waktu yang banyak di lapangan. Metode tidak langsung, yaitu digambar atas dasar ketelitian detail hasil plotting yang tidak merupakan kelipatan dari interval kontur yang diperlukan, sehingga diperlukan penentuan posisi titik-titik yang mempunyai ketinggian kelipatan dari interval kontur. (Basuki 2006) Menurut Basuki (2006), metode tidak langsung dapat dilakukan dengan metode matematis dengan menggunakan interpolasi linier, interpolasi yang sebanding dengan jaraknya. Perhitungannya sangat tepat dan diperlukan alat bantu hitung kalkulator. Metode semi segitiga menggunakan mistar segitiga dengan ada angka pembagian sampai millimeter atau alat interpolasi radialgraph yang terbuat dari kertas transparan. Metode grafis digunakan untuk peta-peta skala menengah dan kecil. Cara metode ini memberi angka ketinggian pada setiap garis kontur dan setiap lima buah kontur atau angka kelipatan tertentu garis kontur dibuat agak tebal. Untuk menghindari kesalahan morfologi dari garis kontur, distribusi dari detail ketinggian harus disesuaikan dengan kondisi topografi medan dan skala peta yang dibuat. Apabila medan bergelombang, maka untuk medan yang beda tingginya lebih besar daripada besarnya kontur interval harus diukur, namun pada medan kemiringannya seragam cukup diukur pada awal dan akhir kemiringan tersebut walaupun jaraknya cukup jauh. Garis kontur mempunyai arti yang penting bagi perencanaan rekayasa, karena dari peta kontur dapat direncanakan, antara lain : penentuan rute, saluran irigasi, bentuk irisan, tampang pada arah yang dikehendaki, gambar isometrik dari galian/timbunan, besar volume galian/timbunan, penentuan batas genangan pada waduk, dan arah drainase. (Basuki 2006) Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data di lapangan dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x,y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon dari pengukuran sipat datar, penarikan garis-garis kontur, dan editing. (Basuki 2006) Kesalahan yang terjadi pada saat penggambaran peta adalah kesalahan plotting titik kontrol, ketelitian yang diisyaratkan sebesar 0,1 mm. Ketelitian penggambaran peta yang disebabkan oleh alat-alat penggambaran diusahakan tidak melebihi 0,2 mm. (Basuki 2006) Pengukuran detil merupakan pekerjaan dimana posisi bentuk-bentuk planimetris dan garis-garis kontur berdasarkan pada titik-titik kontol tertentu. Gambar detil dibuat disekitar titik-titik kontrol tertentu. Gambar detil dibuat di sekitar titik-titik kontrol pembantu, yang akhirnya pengukuran detail dari gambar tersebut. (Basuki 2006) Bentuk permukaan tanah dapat dinyatakan dengan susunan garis-garis lengkung horizontal dengan interval tinggi tertentu. Elevasi lapangan dapat diukur dengan garis-garis lengkung horizontal. Peta-peta topografi mempunyai ketinggian garis-garis lengkung horizontal yang sama disebut jarak antara garis-garis lengkung horizontal. (Sastrodarsono, 2005)

 II.2 Tujuan Umum
     Praktikum pembuatan peta kontur bertujuan untuk :
 1. Mengukur suatu wilayah dengan menggunakan beberapa metode 
 2. Melakukan perhitungan data hasil pengukuran. 
 3. Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.
 4. Menentukan kelerengan kontur pada peta kontur. 

 II.3 Peralatan 
 1. Pita ukur Alat yang digunakan untuk mengukur jarak antara titik tempat menancapkan patok/pen dan kelurusan dari titik yang satu dengan yang lain.
 2. Pen/patok Alat ini digunakan untuk menandai tempat atau jarak yang telah diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur.
 3. Palu Fungsinya untuk mematok pen.
 4. Waterpass Fungsinya : Untuk membidik atau membaca benang atas,benang tengah daan benang bawah dari waterpass.
 5. Rambu ukur Fungsinya :Sebagai tempat pembacaan ukuran benang atas,benang tengah dan benang bawah dari waterpass.
 6. Statis Berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar dapat masuk ke dalam tanah dan sebagai penentu ketepatan atau asasdengan unting-unting.
 7. Payung Fungsinya : untuk melindungi waterpass dari sinar matahari pada saat pembacaan rambu ukur.
 8. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengukuran

 II.4 Langkah Kerja 
1. Meninjau lokasi praktikum. 
2. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. 
3. Membuat persegi di lokasi praktikum dengan ukuran 30m x 30m dan pada setiap sudutnya ditandai mengunakan pen/patok. 
4. Membuat grid pada persegi yang telah dibuat tadi dengan ukuran 5m x 5m dan tandai dengan pen/patok. 
5. Dirikan pesawat waterpass di sembarang titik yang bisa memproyeksikan semua titik pada grid yang telah dibuat tadi. 
6. Menyetel Nivo a. Putar teropong sejajar dengan dua buah sekrup penyetel. b. Putar sekrup A dan B bersama-sama dengan arah yang berlawanan, sehingga gelembung nivo masuk kedalam lingkaran. c. Putar posisi nivo sudah masuk ke lingkaran, tetapi condong kearah skrup C atau sebaliknya, maka putar skrup C sehingga gelembung masuk ke dalam lingkaran. d. Putar teropong 90°, lihat posisi Nivo, apakah posisinya bergerak, maka setel dengan cara yang sama seperti diatas. e. Putar lagi 180°, ulangi lagi penyetelan dengan cara yang sama. f. Apabila teropong diputar ke segala arah dan gelembung nivonya tetap ditengah lingkaran, maka pesawat siap di gunakan. 
7. Mulailah megukur menggunakan pesawat waterpass dan rambu ukur. 
8. Catatlah hasi pengukuran.

. II.5.1 Hasil pengukuran 

TITIK BACAAN TINGGI GARIS BIDIK TINGGI TITIK 
D3 1430 1400 1200 1408 -8 1208 A 1765 1386 1630 -230 1430 D4 1518 1495 1503 -103 1303 A1 1770 1488 1655 -255 1455 D5 1600 1540 1560 -160 1360 A2 1690 1520 1585 -185 1385 D6 1655 1480 1600 -200 1400 A3 1515 1545 1425 -25 1225 E 1895 1335 1805 -405 1605 A4 1440 1715 1355 45 1155 E1 1840 1270 1720 -320 1520 A5 1390 1600 1305 95 1105 E2 1730 1220 1630 -230 1430 A6 1100 1530 1000 400 800 E3 1470 900 1445 -45 1245 B 1820 1420 1705 -305 1505 E4 1415 1590 1410 -10 1210 B1 1745 1405 1650 -250 1450 E5 1510 1555 1490 -90 1290 B2 1730 1470 1655 -255 1455 E6 1535 1580 1500 -100 1300 B3 1680 1465 1630 -230 1430 F 1940 1580 1895 -495 1695 B4 1515 1850 1455 -55 1255 F1 1860 1395 1785 -385 1585 B5 1550 1710 1485 -85 1285 F2 1740 1420 1685 -285 1485 B6 1490 1630 1410 -10 1210 F3 1605 1330 1565 -165 1365 C 1840 1525 1750 -350 1550 F4 1560 1660 1520 -120 1320 C1 1750 1480 1675 -275 1475 F5 1580 1600 1523 -123 1323 C2 1670 1466 1615 -215 1415 F6 1560 1560 1475 -75 1275 C3 1560 1390 1515 -115 1315 G 1440 1470 1345 55 1145 C4 1580 1250 1540 -140 1340 G1 1450 1500 1380 20 1180 C5 1665 1310 1615 -215 1415 G2 1385 1565 1340 60 1140 C6 1685 1295 1620 -220 1420 G3 1335 1555 1305 95 1105 D 1755 1275 1655 -255 1455 G4 1305 1555 1275 125 1075 D1 1760 1245 1705 -305 1505 G5 1375 1650 1335 65 1135 D2 1655 1295 1610 -210 1410 G6 2240 1565 2180 -780 1980 2110



 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

 3.1 kesimpulan 
 Pembuatan peta kontur sangat dibutuhkan dalam perancangan jalan karena kita dapat mengetahui Informasi mengenai beda tinggi dilapangan atau suatu permukaan tanah, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya, bandara atau jalur kereta api. 
 3.1 Saran 
 Dalam pengukuran profil dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam membaca angka pada rambu ukur.oleh karena itu dibutuhkan koordinasi tim yang solid dalam pelaksanaan pengukuran. 


DAFTAR PUSTAKA
 Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sastrodarsono, Suyono. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.

No comments:

Post a Comment